Wikipedia

Search results

Sunday, July 6, 2014

Selamat ulang tahun Elvio sayang

Ta terasa 3 tahun sudah aku membesarkanmu nak, aku coba untuk mengenang hari ini,hari dimana aku melahirkanmu kedunia ini,hari dimana aku merasakan tangis dan haru disaat menantikan kehadiranmu kepangkuanku...
senyum diwajahmu membuat aku selalu kuat untuk menjagamu, memberi apa yg terbaik untukmu dan semoga aku selalu bisa mendidik, membimbing2 dan membesarkanmu sampai kamu dewasa nanti....
hanya seutas doa yg bisa aku beri dihari ulang tahunmu nak semoga panjang umur,semoga selalu diberi sehat badan dan akhlakmu,semoga selalu dianugrahkan kecerdasan akal dan kebeningan hati,semoga kamu menjadi orang yang baik dan taqwa serta sholeh,semoga kamu menjadi pandangan mataku yg selalu membahagiakanku disaat kesedihan datang,dijadikan orang yang selalu menabur kebahagian dan mendapatkan kebahagiaan dunia serta akhirat kelak

I love u my boy Melvin Elvio Ghaisan Ismanto L

Monday, June 23, 2014

Bermain sambil belajar,belajar sambil bermain

Baca artikel ini kren bgt buat nambah2 wawasan menjadi orangtua yg kadang suka melarang anak bermain diluar bersama teman2nya dengan alasan kotor,debu,panas dll (pengalaman pribadi hihihi),,,ternyata anak jg  butuh bermain bebas dengan teman2 seumurannya dan banyak keuntungan yang diambil dengan anak bermain.

http://www.duniapsikologi.co

m/perlukah-anak-bermain/

MARCH 21, 2012

Tuntutan anak untuk terus berprestasi dan menguasai berbagai keterampilan sudah merupakan trend di kota – kota besar di Indonesia. Di luar jam sekolah, anak dipadati dengan berbagai macam kursus, seperti : Kursus pelajaran (matematika, fisika, ekonomi), Kursus olah raga (renang, tenis, voli), Kursus alat musik dan seni (piano, biola, gitar, menggambar), Kursus bahasa asing (Inggris, Mandarin, Jepang).

Anak Bermain

Memang persaingan di sekolah semakin lama semakin meningkat. Jadi, dapat dipahami dari sudut pandang orang tua bahwa mereka ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Namun, adakah waktu luang anak untuk bermain?

Manfaat Bermain

Bermain merupakan salah satu kebutuhan anak. Tidak seperti tanggapan sebagian orang bahwa bermain itu hanya buang-buang waktu, sebenarnya banyak keuntungan yang didapat seorang anak dengan bermain. Manfaat itu antara lain:

  • Berkembangnya kemampuan kinestesik dan motorik anak.
  • Berkembangnya otak kanan anak yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosional, kreativitas, dan spasial.
  • Berkembangnya kemampuan anak untuk bersosialisasi
  • Berkembangnya pengetahuan anak tentang norma dan nilai- nilai .
  • Berkembangnya kemampuan anak dalam memecahkan masalah,
  • Berkembangnya rasa percayaan diri anak.

Dengan berbagai hal positif yang dapat diambil dari bermain, alangkah baiknya bila disela-sela kesibukan belajar dan kursus, anak masih memiliki waktu untuk bermain dan mengeksplorasi dunia sekitarnya. Jadi, permainan apakah yang menunjang perkembangan anak?

Berbagai permainan anak yang berdampak positif

Dengan kemajuan teknologi, banyak sekali jenispermainan dan online games yang dirancang untuk mengembangkan kecerdasan anak. Namun, kekurangan dari jenis permainan ini adalah anak tidak berinteraksi dengan anak sebayanya atau lingkungan sekitarnya. Ada baiknya bila kita menengok kembali permainan – permainan tradisional yang dulu dimainkan oleh orang tua bahkan kakek nenek kita.

Beberapa jenis permainan tradisional untuk anak

Engklek, congklak, lompat tali, bekel, dan tebak – tebakan. Permainan ini selain membantu mengembangkan logika anak seperti berhitung, juga membantu mengembangkan kemampuan anak untuk bersosialisasi.

Permainan petak umpet, petak jongkok, gobak sodor, dan benteng. Selain melatih anak bersosialisasi, permainan – permainan ini juga melatih kecerdasan spasial anak. Terlebih lagi, permainan ini juga bisa dijadikan salah satu bentuk olah raga.

Ajang-ajangan/dagangan, mobil-mobilan dari kulit jeruk, egrang, bola sodok, sepak takraw dan calung. Jenis permainan ini akan membantu berkembangnya kecerdasan natural anak karena anak diajak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka diajak untuk membuat mainannya sendiri dari bahan-bahan natural seperti: tumbuhan, tanah, tanah liat, pasir, genting, batu, dan buah-buahan.

Terkadang, jauh lebih mudah bagi orang tua untuk membelikan sofware permainan, komputer, atau televisi untuk menghibur anak-anaknya. Pandangan masyarakat dengan bermain di luar biasanya dikaitkan dengan penyakit dan image kotor. Namun, justru permainan tradisional atau “outdoor games”-lah yang akan membantu pertumbuhan anak menjadi lebih seimbang. Jadi, biarkanlah anak bermain dan berinteraksi dengan dunia sekitarnya.

Artikel dituli : Nathia Pratist

PPT Psikoanalisis ID EGO SUPEREGO












Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi

Resume
Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi
Jurnal IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Tahun 2011

Terapi Sensori Integrasi sebagai bentuk okupasi dan treatment pada anak dengan kondisi tertentu seringkali digunakan sebagai cara untuk melakukan upaya perbaikan, baik untuk perbaikan gangguan perkembangan atau tumbuh kembang atau gangguan belajar, gangguan interaksi sosial, maupun perilaku lainnya.
Sensori integrasi merupakan suatu proses mengenal, mengubah, membedakan sensasi dari sistem sensori untuk menghasilkan suatu respon berupa “Perilaku Adaptif Bertujuan”.

Dasar Teori Sensori Intergrasi
Dasar teori sensori integrasi yaitu:
v   Adanya plastisitas sistem saraf pusat
v   Perkembangan yang bersifat progresif yaitu, sensori integrasi  terjadi saat anak yang berkembang mulai mengerti dan menguasai input sensori yang dialami. Contohnya, fungsi vestibular muncul pada usia gestasi 9 minggu dan membentuk refleks Moro, sedangkan input taktil mulai berkembang pada usia gestasi 12 minggu untuk ekplorasi tangan dan mulut. Sistem sensori akan terus mengalami perkembangan sejalan dengan bertambahnya usia anak.
v   Teori sistem dan organisasi sistem saraf pusat
         Pada teori sistem dan organisasi sistem saraf pusat, proses sensori integrasi terjadi pada tingkat batang otak dan subkortikal. Proses yang lebih tinggi di tingkat kortikal diperlukan untuk perkembangan praksis dan produksi respons adaptif.
v   Respon adaptif

  Respons adaptif ini bervariasi pada setiap anak yang bergantung pada tingkat perkembangan, derajat integrasi sensori, dan tingkat ketrampilan yang tercapai sebelumnya. Respons adaptif mencerminkan kemampuan anak menguasai tantangan dan hal-hal baru.
v   Dorongan dari dalam diri
Konsep ini merupakan hal terpenting dalam perkembangan sensori integrasi, bagaimana dorongan ini muncul dari dalam diri yang terwujud dalam bentuk kegembiraan dan eksplorasi lingkungan tanpa lelah. Tetapi motivasi internal ini kurang atau tidak dimiliki oleh anak dengan gangguan disfungsi sensori integrasi.

Gangguan Pemrosesan Sensori
Sensor Intergrasi (“SI”) terjadi akibat pengaruh input sensori, antara lain sensasi melihat, mendengar, taktil, vestibular, dan proprioseptif. Proses ini berawal dari dalam kandungan dan memungkinkan perkembangan respons adaptif, yang merupakan dasar berkembangnya ketrampilan yang lebih kompleks, seperti bahasa, pengendalian emosi, dan berhitung. Gangguan dalam pemrosesan sensori ini dapat menimbulkan berbagai masalah fungsional dan perkembangan yang dikenal sebagai disfungsi sensori integrasi. Prevalens gangguan proses sensori makin kecil peluangnya pada anak tanpa catat 5%-10%, tetapi makin besar peluang terjadi prevalens pada anak dengan kecacatan 40%-88%.
Pada keadaan gangguan proses sensori, input sensori dari lingkungan dan internal tubuh bekerja secara masing-masing, sehingga anak tidak mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Tahapan proses sensori meliputi pengenalan, orientasi, interpretasi  dan organisasi. Konsep progresi perkembangan, sensori integrasi terjadi saat anak yang berkembang mulai mengerti dan menguasai input sensori yang dialami. Mispersepsi dapat menimbulkan berbagai gangguan perkembangan dan perilaku.
Gangguan pemrosesan sensori ini dibagai ke dalam klasifikasi diagnostik sbb;
·    Classification of Mental Health and Development Disorders of Infancy and Early Childhood (revised),
·    Diagnostic Manual for Infancy and Early Childhood darithe Interdisciplinary Council on Developmental and Learning Disorders,
·    Psychodynamic Diagnostic Manual.
Gangguan pemrosesan sensori terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
1.   Sensory modulation disorder (SMD), Pada SMD anak mengalami kesulitan berespons terhadap input sensori sehingga memberikan respons perilaku yang tidak sesuai dengan Sensory modulation disorder terbagi menjadi tiga subtipe, yaitu:
·      Sensory Overresponsive (SOR), response terhadap sensasi lebih cepat, intens dan lebih lama dari sewajarnya.
·      Sensory Underresponsive (SUR), kurang response/tidak memperhatikan rangsangan sensori dari lingkungan. Menyebabkan apatis atau tidak memiliki dorongan untuk memulai sosialisasi dan eksplorasi.
·      Sensory Seeking/Craving (SS), seringkali merasa tidak puas dengan rangsangan sensori, cenderung mencari aktivitas yang sensaional.
1.   Sensory-Based Motor Disorder (SBMD), pada sensory ini anak memiliki gerakan postural yang buruk. Pada disfungsi ini anak mengalami kesalahan dalam menginterpretasikan input sensori yang berasal dari sistem proprioseptif dan vestibular. Pada SBMD mempunyai dua subtipe, yaitu:
·        Dyspraxia, anak memiliki gangguan dalam menerima dan melakukan perilaku baru juga memiliki koordinasi yang buruk pada ranah oromotor, motorik kasar dan halus.
·        Postural Disorder, anak mengalami kesulitan untuk menstabilkan tubuh saat bergerak maupun beristirahat. Anak dengan gangguan postural biasanya tampak lemah, mudah lelah, dan cenderung tidak menggunakan tangan yang dominan.
2.   Sensory discrimination disorder  (SDD), pada sensory ini anak mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan kualitas rangsangan sehingga tidak dapat membedakan sensasi yang serupa. SDD pada sistem visual dan auditory dapat menyebabkan gangguan bahasa dan belajar, sedangkan SDD pada sistem taktil, proprioseptif dan vestibular menyebabkan gangguan kemampuan motorik.

Psinsip Terapi Sensori Integrasi
            Terapi sensori integrasi menekankan stimulasi pada tiga indra utama, yaitu taktil, vestibular, dan proprioseptif. Ketiga sistem sensori ini memang tidak terlalu familiar dibandingkan indera pengelihatan dan pendengaran, namun sistem ini sangat penting karena membantu interpretasi dan respons anak terhadap lingkungan.

Sistem Taktil
Sistem taktil merupakan sistem sensori terbesar yang dibentuk oleh reseptor di kulit, yang mengirim informasi ke otak terhadap rangsangan cahaya, sentuhan, nyeri, suhu, dan tekanan. Sistem taktil terdiri dari dua komponen, yaitu protektif dan diskriminatif, yang bekerja sama dalam melakukan tugas dan fungsi sehari-hari. Hipersensitif terhadap stimulasi 
 Taktil yang dikenal dengan tactile defensiveness, dapat menimbulkan mispersepsi terhadap sentuhan, berupa respons menarik diri saat disentuh, menghindari kelompok orang, menolak makan makanan tertentu atau memakai baju tertentu, serta menggunakan ujung-ujung jari, untuk memegang benda tertentu.
Bentuk lain disfungsi ini adalah perilaku yang mengisolasi diri atau menjadi iritabel. Bentuk hiposensitif dapat berupa reaksi kurang sensitif terhadap rangsang nyeri, suhu, atau perabaan suatu obyek. Anak akan mencari stimulasi yang lebih dengan menabrak mainan, orang, perabot, atau dengan mengunyah benda. Kurangnya reaksi terhadap nyeri dapat menyebabkan anak berada dalam bahaya.

Sistem vestibular
Sistem vestibular terletak pada telinga dalam (kanal semisirkular) dan mendeteksi gerakan serta perubahan posisi kepala. Sistem vestibular merupakan dasar tonus otot, keseimbangan, dan koordinasi bilateral.
Tanda tanda anak yang hipersensitif terhadap stimulasi vestibular mempunyai respons fight atau flight antara lain ; anak takut atau lari dari  orang lain,anak  bereaksi takut terhadap gerakan sederhana, peralatan bermain di tanah, atau berada di dalam mobil.

Sistem Propioseptif
Terdapat pada serabut otot, tendon dan ligamenyang memungkin anak secara tidak sadar mengetahui posisi dan gerakan tubuh. Contoh dari sistem ini adalah gerakan motorik halus, antara lain menulis, mengangkat sendok dan mengancingkan baju. Hipersensitive terhadap sistem propioseptif menyebabkan berkurangnya kemampuan menginterpretasiklan umpan balik/feed back dari setiap gerakan dan tingkat kewaspadaan yang relative rendah . Tanda disfungsi sistem proprioseptif adalah clumsiness, kecenderungan untuk jatuh, postur tubuh yang aneh, makan yang berantakan, dan kesulitan memanipulasi objek kecil, seperti kancing. Hiposensitif sistem proprioseptif  menyebabkan anak suka menabrak benda, menggigit atau membentur benturkan kepala.

Efektivitas Terapi Sensori Integrasi  
            Terapi sensori intergrasi memperlihatkan adanya manfaat untuk anak dengan retardasi mental ringan, autisme, dan gangguan pemrosesan sensori. Meskipun dalam beberapa literatur efektivitas terapi SI dinyatakan tidak lebih baik daripada terapi alternatif, akan tetapi  beberapa penelitian membuktikan bahwa efektivitas terapi SI berhasil pada anak-anak dengan retardasi mental ringan, autism spectrum disorder dalam mengoptimalkan pemrosesan sensori dan respons motorik. Penelitian juga menunjukkan terapi sensori integrasi ini juga efektif pada anak ADHD dalam mengurangi kesulitan pada gangguan Sensory Motor Disorder (SMD).
Terapi sensori integrasi banyak digunakan untuk tata laksana anak dengan gangguan perkembangan, belajar, maupun perilaku. Elemen inti terapi sensori integrasi yang terdiri dari 10 elemen, belum diterapkan pada sebagian besar (94%) penelitian yang menggunakan prinsip terapi sensori integrasi. Penelitian yang lebih baru menunjukkan adanya manfaat dari terapi Sensori Integrasi untuk anak dengan retardasi mental ringan, autisme dan gangguan proses sensori.